Monday, December 23, 2019

I'm Dead on My Own Nightmare




Mungkin ini sudah agak sedikit terlambat, ketika seharusnya pagi tadi setelah aku terbangun, aku bisa langsung menuliskan setiap detail apa yang aku alami. Aku mengira semua mimpi-mimpi tentang pesawat jatuh, gempa, tsunami yang pernah menghampiri adalah yang terburuk. Nyatanya, semalam aku mengalami fase paling buruk dalam mimpiku. Mimpi yang menjelaskan ketakutan terbesarku selama ini.

Bukan bencana alam. Bukan juga psikopat kejam berlari mengejarku sambil mengangkat pecahan botol.

Ketakutan terbesarku adalah diriku sendiri.
Aku yang dulu masih bisa tertawa tanpa perlu banyak usaha kini menjelma menjadi sosok yang ingin menghentikan kehidupan. Aku. Aku yang ternyata sudah berubah sejauh ini. Sebanyak ini.

Mimpi itu adalah visualisasi apa yang aku takutkan selama ini. Apa yang paling mengganggu dan membebaniku. Aku masih ingat mimpi semalam terdiri dari banyak fragmen yang berantakan. Tiap fragmen berisi masing-masing ketakutan dan pesan yang jelas. Aku tidak ingat fragmen mana yang lebih dulu datang dan mana yang kemudian menyusul di belakang. Tapi aku akan mencoba untuk mereka ulang semampu ingatanku.


Kejadian pertama, aku mengajak salah satu teman terdekat yang aku asumsikan sebagai orang paling dekat dan sering hang out denganku. Atau kemungkinan dia adalah saudara yang lama tidak bertemu dan mau mengajakku pergi keluar, menghabiskan waktu bersama. Saat itu aku yang biasanya selalu menggunakan pakaian serba monokrom, tiba-tiba saja memilih pakaian warna kuning cerah dengan perpaduan hijau. Dan hebatnya, aku tidak merasa risih sama sekali.

Ibuku memberiku uang 500 ribu, padahal aku tidak pernah diberi uang saku sebanyak itu. Aku mengasumsikan bagian ini terjadi setelah aku dititipkan uang sekian juta setelah ibu menyelesaikan pesanannya. Tapi waktu itu aku menolak. Aku mengambil uang 100 ribu sebagai bekal untuk pergi dengan 'orang itu'.

Saat aku menyalakan motor dan menyusul dia di rumahnya, mendadak rumah itu menjelma menjadi rumah tetanggaku dulu. Dia bukan bagian anggota keluarga itu, namun dia berdiri di sana dengan pakaiannya yang rapi. Tapi ketika aku melintasi depan rumahnya, aku melihat anggota keluarganya sedang memindahkan banyak barang ke dalam bagasi mobil. Aku berpikir keluarganya akan pergi.

Dan tentu saja, dia tersenyum getir ke arahku sambil menggeleng. Dia tidak jadi pergi denganku. Dia lebih memilih pergi dengan keluarganya.

Aku cuma bisa senyum saat itu. Sedikit kecewa karena dia membatalkan janji sepihak. Aku tidak masalah dengan banyak waktu yang kugunakan untuk berpakaian serapi ini. Aku hanya kecewa tidak banyak waktu yang kami punya malah berujung pada pembatalan pertemuan secara sepihak.

Dan meskipun itu hanya mimpi, aku sungguhan kecewa.

Bagian ini adalah refleksi setelah beberapa kali teman-temanku sibuk mengumbar janji bertemu denganku dan kemudian membatalkan sepihak dengan alasan yang tidak masuk akal. Meski mereka temanku, aku kehilangan banyak respek kepada mereka. Aku hanya pura-pura menikmati berbicara dengan mereka, tapi jauh di dalam hati aku sudah dikecewakan berkali-kali. Ini bukan masalah besar bagi orang normal pada umumnya. Membatalkan janji, not kind of big deal. Tapi buatku, yang hatinya sering tertempa banyak luka, satu kekecewaan berujung kebencian yang berlamat-tamat.

Aku yang kecewa karena dia membatalkan janji pada akhirnya menepikan motor. Aku melihat kontak di ponsel, mencari sekiranya siapa teman yang bisa kuajak pergi agar hari ini rencanaku tetap berjalan. Bahkan aku ingat dengan uang 100 ribu yang kupegang, aku bisa mentraktirnya beli tiket bioskop untuk nonton berdua. Tapi mimpiku bagian ini terputus dan berganti ke fragmen berikutnya.

Kejadian kedua, adalah ketika aku memasuki sebuah ruangan sempit yang dipenuhi oleh meja makan bundar. Sekelilingnya ada beberapa orang yang duduk sambil menikmati hidangan serba mewah yang ada di atas meja. Aku melihat salah satu di antara mereka adalah C, sosok yang selalu menjadi momok yang paling kubenci selama di kampus. Dia dikenal sebagai 'sosialita' dengan para gank-nya. Mereka semua berkumpul di sana, menikmati hidangan.

Aku mengasumsikan fragmen ini sebagai akibat dari rasa benci setiap kali aku melihat C di kampus. Tidak hanya aku, banyak teman-teman sekelas yang enggan berbaur dengan C yang punya gaya hidup berlebihan. Dan aku pun tidak tahu kenapa harus dia yang duduk di sana, menikmati banyak makanan enak dengan teman-teman satu gank-nya?

Fragmen berikutnya. Kejadian ketiga, terjadi ketika aku membaur dengan sebuah komunitas yang tidak aku ingat namanya. Kami mendatangi salah satu tempat wisata di Bali, yang dikelilingi sawah menghijau. Seorang perempuan dengan kaos polo merah seragam resmi tempat wisata itu menjelaskan tiap detail informasi kepada rombongan kami.

Tapi tiba-tiba saja gerimis turun dan membuat rombongan berpencar untuk mencari tempat berteduh. Aku mengikuti pemandu wisata itu berteduh di bawah gazebo. Salah satu temanku dan temannya ikut duduk di sana. Kami berempat terlibat perbincangan. Lebih tepatnya pemandu wisata itu melanjutkan penjelasan yang ia bisa di bawah gazebo. Aku dan temanku mendengarkan dengan saksama.

Aku masih ingat bagaimana posisi duduk kami. Aku duduk sendiri menghadap pemandu wisata itu, sedangkan dia dan temannya duduk bersebalahan dengan badan agak condong ke arah temanku. Temanku sendiri duduk di paling ujung deretan mereka berdua.

Meskipun si pemandu wisata tidak langsung berbicara denganku, aku masih memperhatikannya. Sampai temanku itu berdiri dan berpamitan. Dia bilang maaf karena dia harus pergi ke suatu tempat saat pemandu wisata tadi sedang asyik menjelaskan. Setelah kepergiannya, pemandu wisata itu terlihat kagok. Dia memutar sedikit posisi duduknya ke arahku untuk berpura-pura senang melanjutkan penjelasannya.

Tapi tidak lama setelah itu, hujan semakin menjadi dan basahnya merembes sampai tempat duduk kami di gazebo. Pemandu wisata itu menjadikan alasan bocor sebagai topeng agar ia bisa pergi. Dia berpamitan sambil tersenyum padaku. Dia memakai sandalnya terburu-buru, seakan aku bisa menikam punggungnya kapan saja dengan pisau.

Di sana aku tau, dia hanya tidak mau berbicara denganku. Dia jauh lebih nyaman dan mengenali temanku, bukan aku. Dia lebih memilih pergi daripada terlibat perbincangan denganku. Saat itu aku merasa aku benar-benar ditinggalkan sendiri.

Aku ikut turun dari gazebo, menerobos hujan sendirian. Hujan tidak terlalu besar sebenarnya, pandanganku masih belum terganggu. Hanya saja rambut dan pakaianku menjadi basah. Aku berjalan menelusuri tempat wisata itu, melihat rombongan lain juga sama nekatnya menerobos hujan. Bedanya, mereka berjalan secara berkelompok. Mereka tertawa dan membicarakan sesuatu. Ada pula yang bercanda di bawah payung. Ada juga yang sibuk bercerita dengan salah satu pedagang kaki lima.

Sedangkan cuma aku yang sendirian di sana. Aku kesulitan harus membaur kemana. Karena aku tahu, mereka semua tidak akan menerimaku.

Kejadian ini aku asumsikan sebagai pengalaman yang kualami ketika aku duduk di gazebo kampus sendirian, sedangkan mahasiswa lain asyik bercengkerama satu sama lain. Aku yang duduk sendiri karena semua temanku pergi, atau aku memang bukan 'bagian' dari mereka. Momen ini sering terjadi dulu saat aku masih sibuk kuliah dan 'terpaksa' ikut organisasi. Aku sering duduk sendirian tanpa teman di gazebo kampus. Melihat mahasiswa lain saling bercanda tanpa beban.

Kejadian keempat, kejadian terakhir sebelum aku dipaksa bangun.

Adalah ketika aku menjadi salah satu siswa SMA dengan seragam bewarna krem. Kemeja atas krem polos dengan dasi warna kecoklatan dan bawahan rok atau celana kotak-kotak bewarna senada dengan dasi. Aku masih ingat detail itu dengan jelas. Bahkan suasana sekolah pun sama suramnya. Seperti kita berada di sebuah momen preset lightroom Instagram yang marak digunakan anak kekinian.

Mulanya, aku melihat V. Dia adalah sosok bertubuh tambun yang pernah menjadi momok yang kubenci saat SMP, sama seperti C. Tidak ada relasi yang berarti sebenarnya antara aku dan dia. Hanya saja aku membencinya karena dia bersama teman-teman segank-nya pernah merusak salah satu kenanganku di sekolah dulu.

Aku melihat V tengah berdiri bersama teman-temannya di depan kelas. Melingkar. Entah membahas apa. Saat aku melintas di depan mereka, tatapan mereka berubah menjadi sadis. Memandangku jijik seolah aku adalah orang yang tidak seharusnya mereka lihat. Aku berjalan pelan sambil sedikit mengabaikan. Lagi-lagi sendirian.

Dan entah kemudian aku duduk di salah satu tepian lorong sekolah. Saat itu ada banyak siswa berkeliaran. Bahkan beberapa terlihat duduk di sebelahku, membicarakan sesuatu tanpa menganggapku ada di sana. Aku hanya diam selama beberapa saat, merenungi sesuatu sembari bersandar di tiang penyangga yang terbuat dari beton yang dicat warna krem perpaduan coklat.

Tiba-tiba saja aku berputar arah menghadap tiang, aku mengepalkan tangan kanan dan memukul tiang itu dengan keras. Sekali, dua kali. Tidak ada yang memperhatikan. Karena aku merasa belum ada darah yang keluar, aku memukul lebih keras lagi. Terus dan terus. Mereka yang melintas hanya menyaksikan sambil berteriak, sebagian lagi berbisik dengan teman di sebelahnya. Tidak ada satupun yang berusaha menghentikanku.

Sampai salah seorang guru pria muncul dari salah satu kelas. Dia berteriak memerintahkan seseorang menahanku. Akhirnya siswa yang duduk di sebelahku tadi bergerak, ia mencengkeram lenganku agar aku berhenti memukul tiang. Tapi itu hanyalah cengkeraman biasa, tidak ada tenaga sama sekali untuk benar-benar menghentikanku. Dari sana aku paham dia tidak sungguhan ingin memintaku berhenti. Dia hanya melakukannya agar ia terlihat bersimpati.

Setelah mereka tahu ada orang yang menghandle-ku, mereka kemudian kembali menjalani aktifitas masing-masing. Para siswa yang melintas dan sempat terdiam menyaksikanku kembali berjalan menuju kantin. Pak Guru yang tadi sempat menyuruhku berhenti pada akhirnya kembali memasuki kelas tanpa perlu turun tangan dan cuma mengandalkan perintah. Aku terus melukai tanganku sampai berdarah. Rasanya sakit sekali. Tulang-tulang di tanganku seperti berserakan di dalam kulit.

Aku melupakan fakta bahwa setelah ini aku tidak bisa menulis lagi.

Aku mendorong siswa yang mencengkeram tanganku, membuatnya terjungkat ke belakang. Aku melihat kepalan tanganku, lebam membiru. Hanya itu. Tanpa ada darah. Dan karena aku tidak menemukan darah, aku merasa kurang. Aku merasa belum puas. Larilah aku ke sebuah ruangan kecil dan gelap di salah satu bagian sekolah. Aku asumsikan itu sebagai gudang. Di sana aku tidak ingat proses ceritanya. Yang aku tahu adalah akhir dari fragmen ini menunjukkan fakta bahwa aku gantung diri.

Ya. Aku membunuh diriku sendiri di dalam mimpi.

Aku tidak tahu apakah aku langsung mati di gudang itu, ataukah para siswa dan guru menemukan aku di sana? Yang jelas aku merasa mesti menggantung diriku sendiri demi membebaskan perasaan yang membebaniku setelah menatap mata mereka.

Dan kemudian aku bangun.

Aku menyadari aku hanya terbaring di atas kasur, beralaskan bantal, memeluk guling, terbebat selimut. Bukan aku yang sedang menggantung tak bernyawa di gudang sekolah.

Saat itu air mataku menetes. Pelan. Sedikit. Tapi susah untuk dihentikan. Aku mengusapnya, menetes lagi, menyekanya, turun lagi. Butuh banyak waktu sampai aku benar-benar sadar. Fragmen-fragmen mimpi itu terasa nyata. Aku diam beberapa waktu untuk mencerna. Kenapa harus batal janjian? Kenapa harus C dan makanan mewah? Kenapa harus gazebo dan diabaikan? Kenapa harus memukul beton dan berdarah? Kenapa harus gantung diri?
Ternyata semua fragmen itu tercipta dari sudut tersembunyi dalam hatiku. Apa yang aku takutkan. Apa yang aku inginkan.

Lalu aku coba bangkit dari tidur, memeriksa  kepalan tangan kananku. Normal. Tanpa luka. Tanpa rasa sakit. Tapi semua itu nyata.

Kenapa mimpi kali ini kisahnya tersusun begitu sempurna? Mereka yang kubenci muncul secara bersamaan. Apa yang kutakutkan datang secara bergiliran. Dan apa yang aku inginkan hadir sebagai akhir yang klimaks.

Aku sudah setahap ini. Apakah masih perlu kuperdebatkan lagi? Apakah masih pantas kusebut ini bukan hal besar yang tidak perlu terlalu dipikirkan?

Jadi, kapan aku benar-benar mati?



Share:

Monday, December 16, 2019

Desember, dan Aku Masih Begini


Siapa yang tidak menanti bulan ini? Mungkin karena hujannya? Atau sebab dinginnya? Atau bahkan demi habiskan natal dan tahun baru? Pada akhirnya Desember tidak lagi kuingat sebagai bulan kelahiran, bulan yang aku asumsikan sebagai pelepas rindu pada masa-masa SMA dulu. Mengulang ingatan bersama dia, yang masih enggan beranjak dari singgasananya di pikiranku.

Desember menjadi penanda, ini bulan keduabelas aku resmi menjalani 'night session' hampir setiap malam. Setiap kali emosiku mulai goyah, ratapan tangis dan pilu kembali menyela di antara empuk bantalku. Lalu ada satu tanya yang selalu terulang, "Kenapa aku masih hidup?".

Dan satu pernyataan lantang kuucapkan, "Aku pengen nyerah."

Tapi siapa yang dengar? Ini sudah malam. Semua terlelap tenang dalam buaian. Sedangkan aku nyaris kehilangan cara untuk bertahan. Menulis adalah caraku untuk tetap tinggal di bumi. Tanpanya, aku benar-benar kehilangan harapan. Lantas, saat aku kehilangan kesempatan, aku bisa apa? Aku tidak dipermudahkan untuk menguasai diri lewat tulisan lagi.

Untungnya, aku masih punya akal.

Aku ambil ponsel pinjaman, menulisi blog ini dengan pengaduan yang tidak jauh berbeda. Harapan satu beban ikut terbawa meski nanti, saat kembali kuletakkan ponsel ini di bawah bantal, pikiran dan ketakutan itu kembali terulang.

Menertawaiku yang masih lemah pada masa lalu.

Aku tidak yakin apa yang benar-benar bisa membuatku begini? Apakah sungguh karenanya? Aku merindukan dia di masa lalu? Ataukah aku memang telah terlampau jauh dari penciptaku, hingga hidupku tak menemui kemajuan? Ataukah aku memang sungguhan gila, berspekulasi pada penyakit yang barangkali tidak pernah benar-benar menggerogotiku?

Intinya, aku takut.

Aku takut menatap cerah matahari pagi. Lucu? Tertawakan saja. Bagiku sinarnya bukan untukku. Bila sehari ada 24 jam, aku ingin 20 jamnya untuk malam. Agar tidak banyak waktu yang kulalui untuk bertanggung jawab, dan lebih banyak waktu kuhabiskan untuk meratap.

Aku tidak pernah merasa benar-benar dibutuhkan. Aku bahkan lupa bagaimana rasanya dicintai. Meski ada ratusan orang yang bersedia pinjamkan pundaknya untukku, kematian jauh lebih mahir menggoda agar aku lebih bergantung padanya. Sayangnya, kematian tidak pernah memberiku jawaban atas rasa sakit yang selama ini kupertanyakan.

Memotong urat nadi atau merusak batang tenggorokan dengan tali? Melompat dari gedung tinggi atau menenggak cairan pemutih sampai botolnya kosong?

Mana? Mana yang instan dan tidak menyakitkan?

Kenapa tidak transfer saja penyakit padaku agar aku tidak perlu lakukan apapun. Atau biar dia tau aku lemah tanpanya. Atau apapun yang mungkin membuatku terlihat lemah sekalian.

Berikan aku lebih banyak waktu untuk sendiri. Aku akan habiskan semuanya untuk menangis sampai kepalaku sakit. Di selanya akan kupikirkan mana cara terbaik untuk utarakan kondisiku pada dunia. Apakah aku akan memutar lagu sedih di daftar putarku? Ataukah aku akan menulis sesuatu seperti ini lagi di blog? Atau bahkan akan kuasah pisau dapur yang baru dibeli kemarin?

Lebih baik membunuh diri sendiri atau orang lain? Mana yang lebih memuaskan?

Astaga. Aku sungguhan sakit.

Nat, kamu harus baca ini.





Share:

Monday, November 18, 2019

Malang; Kota Impian untuk Menangis





Sejak lama aku berekspektasi bisa datang kota ini, setidaknya—bisa mengambil waktu sebentar untuk melupakan kewajiban dan sedikit bersenang-senang. Tapi kemarin aku memutuskan sesuatu yang lebih ekstrim lagi, paska memoriku diobrak-abrik oleh kertas-kertas lusuh berisi tulisan tangannya.
Aku coba menenangkan diri, atau barangkali nyaris confessing about what really happened to me. Meski aku sering menemukan tempat yang cocok, tapi pada akhirnya aku kembali bungkam dan berpikir lebih baik tidak sekarang. Barangkali nanti dan bukan dia orangnya. Dan pada akhirnya yang terjadi hanyalah pembatalan total tentang rencana yang sudah kususun secara susah payah.
Tidak banyak orang yang mau mendengar ceritaku, apalagi mengetahui siapa aku sebenarnya. Jadi aku kembali berpikir, ah—lebih baik disimpan sendiri. Tapi aku sudah menyimpan ini nyaris enam tahun lamanya. Dan sering saja berspekulasi, ini bukan sejenis depresi. Buktinya aku tidak pernah berani mengambil pisau dan menyayat pergelangan tangan. Pikiran bunuh diri cuma sebatas lintasan ide di kepala, seolah itu ide cerita yang sering kali kuhasilkan lewat otak brilianku.
Dan kegagalan total menarikku kembali jatuh ke dalam pusaran yang sama. Aku menikmati dosa sendirian, menutupi diri dengan nama keluarga yang dikenal kebanyakan orang, padahal jauh di dalam aku sangat menyesal berada di keluarga ini. Bukan karena aku tidak mensyukuri hidup bahagia, melainkan karena aku hanya membawa malu dan rasa tidak pantas berada di antara mereka.
Lewat perbincangan sederhana saja air mataku tergoda untuk kembali keluar. Hampir setiap hari bahkan sebelum aku datang ke Malang, ada saja momen yang membuatku ingin menangis. Tapi kali ini aku asumsikan sebagai tangisan orang cengeng belaka, bukan jenis tangisan depresi yang mesti ditangani oleh ahli.
Aku berlebihan selama ini.
Aku hanya menghadapi masalah kecil—pikirku. Sebab aku tidak perlu sampai melakukan percobaan bunuh diri. Hanya sebatas pikiran di kepala, ancaman yang tidak akan benar terjadi. Nyaliku kerdil di depan bunuh diri. Dan itu sudah cukup membuktikan aku hanya merasa sedih yang berlebihan, bukan depresi seperti kata mereka.
Kadang aku ingin sungguhan sakit. Agar aku tidak perlu berdebat dengan diri, sebenarnya aku berada di posisi apa. Apakah aku cukup kuat untuk memendam masalah ini karena sebenarnya ini masalah sepele? Atau aku justru perlu membaginya dan mengkonsultasikannya dengan para ahli agar aku tertolong?
Dan pertanyaan semacam itu akan kembali berakhir dengan; cukup dirimu saja yang tau, masalahmu amat memalukan.
Sebagian besar orang mengalami kehidupan yang sulit di kampus, atau malah terlibat masalah keluarga yang seharusnya tidak ia rasakan. Jika dibandingkan dengan masalahku, mereka jauh lebih pantas menderita. Aku yakin sekali masalahku tidak ada apa-apanya dibanding masalah mereka.
Tapi kenapa pikiran itu datang nyaris setiap malam?
Saat sunyi dan gelap mulai memerangkap. Aku mengulang kembali dosa dan menangisinya kemudian. Mendadak merindukan masa lalu namun takut dengan masa depan yang terlepas. Terkadang coba membenahi masa sekarang agar masa depan bisa lebih baik, namun pada akhirnya mengingat nama atau melihat sosok yang sama sepertinya saja langsung membuatku menyerah.
Sebenarnya apa yang sedang kubahas?
Sengaja aku tidak perjelas agar iktikad hatiku tidak mudah terbaca. Aku nyaris menceritakan semua problema lewat tulisan ini, di atas kasur sebuah kamar sewa kecil, di lantai dua dengan pemandangan malam kota Malang. Aku nyaris saja menangis. Barusan. Lantas kuputuskan ambil laptop dan mulai mengetik. Ini sudah pukul setengah satu malam. Aku sedang berusaha menumpahkan air mataku menjadi sebuah kalimat.
Bersyukur Tuhan memberiku nikmat sebagai seorang pecinta kata. Apa dayaku kalau aku tidak bisa merangkai kata semudah ini? Mungkin kesedihanku sama sekali tidak bisa terbebaskan.
Dan ya, kemarin aku baru saja mengundang masa laluku kembali. Mulai coba membiarkan sedikit demi sedikit mereka paham, siapa aku sebenarnya tanpa perlu kujelaskan.
Apa yang bisa diharapkan dari aku?
Dibandingkan memupuk masa depan dengan cita-cita dan hasrat untuk hidup lebih layak, aku justru memikirkan cara bagaimana mengumpulkan keberanian untuk bunuh diri.
Dan mengabaikan dosa yang nanti diperhitungkan.
Sedangkan pahala pun sangat sulit kutemukan.
Ini aku. Pendosa yang terlihat baik-baik saja. Orang yang coba menjelaskan dirinya lewat apapun, namun tidak menemukan sama sekali kelegaan. Mungkin mati adalah kata lain dari lega, tapi aku tidak tau bagaimana caranya menemui kematian tanpa rasa sakit dan dosa.
Tuhan memang adil. Ia hanya tidak adil dalam aspek menciptakan pilihan menjemput kematian tanpa rasa sakit dan dosa. Andaikan pilihan itu ada. Bahkan aku tidak bisa memikirkannya.
Enam ratus Sembilan puluh sembilan kata, aku mengetik dan air mataku baru saja kembali turun. Di sini terlalu gelap dan sunyi, tipikal suasana yang paling ampuh mengundang tangisan tanpa alasan yang selalu kulakukan.
Siapa? Siapa orang pertama yang akan mendengarkan dosaku, aibku dan masa laluku? Orang pertama yang tidak mencapku sebagai manusia buruk dan justru memberiku pelukan. Di saat aku mempercayai satu orang, lantas aku tau dia pun punya masalah yang sama dan bahkan jauh lebih serius dibandingkan masalahku.
Kemudian aku kembali berpikir, kenapa aku nangis sih? Cengeng.
Bodoh banget masih hancurin masa depan dengan inget-inget semua hal dari masa lalu.
Dan sebenarnya aku nggak cukup kuat untuk jalan ke masa depan. Aku pengen berhenti. Aku pengen udahan ngejar prestasi dan pujian kayak yang dulu pernah aku lakuin. Aku pengen berhenti nyari target dan nyamain orang-orang seusiaku. Aku pengen berhenti. Sungguh. Aku udah nyerah.

 Malang, 18 November 2019

Share:

Saturday, November 9, 2019

Kupas Tuntas ‘Strangers from Hell’: Adaptasi Webtoon Terkeren!






Strangers from Hell boleh aja udah selesai pada 6 Oktober kemarin, tapi daripada nggak ngebahas sama sekali, mending aku ngebahas meskipun rada telat. Sempet kepikiran bakalan rugi kalo nggak ngebahas drama ini sama sekali, karena meski episodenya cuma 10 dan ratingnya nggak begitu memuaskan, jujur aku beneran excited untuk ngebahas tentang drama OCN yang diangkat dari Webtoon ini.
Strangers from Hell atau Hell is Other People, dengan judul alternatif yang diambil dari Webtoon yaitu Taineun Jiokida, adalah drama yang disiarkan di OCN setiap Sabtu dan Minggu jam 22.20 KST. Ini adalah drama pertama Yim Siwan setelah pulang wamil bulan Maret kemarin dan drama pertama Lee Dongwook sebagai tokoh antagonis.
KESAN PERTAMA
Aku udah liat berita perilisan drama ini sejak bulan Agustus, udah nontonin trailer-nya juga. Awalnya sih aku nggak terlalu tertarik dengan drama ini, meski aku pernah denger soal Webtoon-nya. Kukira drama ini bakal flat, bercerita tentang kehidupan kos sumpek, rusuh, pengap dan tua. Sekilas pemandangan kosnya pun nggak ada bagus-bagusnya. Cenderung serem malah.
Karena Yim Siwan dan Lee Dongwook juga menjadi salah satu penghuni, makanya kos ini sedikit tercerahkan (?). Yah, intinya pada akhirnya aku mau nonton drama ini karena ada oppa imut berbibir merah, Yim Siwan dan ahjussi rasa oppa berwajah pucat, Lee Dongwook. Berkat mereka, akhirnya aku dipertemukan dalam sensasi luar biasa antara ngeri dan kagum.
Tapi aku nggak langsung nonton pas tanggal perilisannya 31 Agustus. Aku nunggu episodenya kelar dulu, baru nonton. Aku nggak mau nunggu di tengah rasa penasaran kelanjutan episodenya hehe. Jadi aku baru mulai nonton pas tanggal 7 Oktober, sehari setelah episode terakhir dirilis.
KARAKTER DALAM DRAMA
Yoon Jong Woo (Yim Siwan) adalah pemuda 27 tahun yang merantau ke Seoul untuk bekerja di perusahaan milik kakak kelasnya di perguruan tinggi. Dia berasal dari keluarga miskin, anggota keluarganya hanya seorang ibu yang bekerja di pasar dan kakak yang sakit-sakitan. Jadi dia nggak punya cukup uang untuk tempat tinggal di Seoul yang rata-rata mahal.
Akhirnya dia nemu di web soal goshiwon (kos kecil untuk pelajar dan pekerja) bernama Eden dengan harga yang murah banget. Akhirnya dia memutuskan tinggal di sana (dengan terpaksa) sampai uangnya cukup untuk pindah ke tempat yang lebih layak. Jong Woo menghuni kamar 303.
Eom Bok Soon (Lee Jung Eun) adalah pemilik goshiwon. Ia ditampilkan dalam sosok wanita yang ramah dan sedikit cerewet. Dia selalu memanggil Jong Woo dengan sebutan ‘Si Tampan’. Sikapnya seolah peduli pada penghuni kos dan bahkan orang lain, tapi sebenarnya dia memiliki sisi gelap yang mulai terkuak seiring berjalannya cerita.
Hong Nam Bok (Lee Jong Ok) adalah penghuni kamar 313. Dia direpresentasikan sebagai pria paruh baya dengan kacamata dan senang mengenakan singlet. Kebiasaannya adalah menonton video porno dan mengumpulkan foto-foto model berbikini. Dia minim bicara dan paling sering membuat Jong Woo kesal. Diceritakan juga kalau dia bertingkah begini setelah usahanya bangkrut di Cina.
Byeon Deuk Jong (Park Jong Hwan) adalah penghuni kamar 306. Dia sebeneranya kembar, tapi hanya diperankan oleh satu orang. Sang kakak adalah pria biasa, yang emosinya sama seperti orang pada umumnya. Tapi sang adik sedikit memiliki gangguan mental, ia sering tertawa dan bertingkah seperti anak kecil. Nanti pada salah satu kesempatan, kakaknya mati dan membuat adiknya yang meski tampak tanpa emosi bisa menyimpan dendam.
Yoo Ki Hyuk (Lee Hyun Wook) atau si mata belok (besar). Dia penghuni kamar 302 yang sangat sedikit muncul di drama ini. Didefinisikan sebagai pria kaku yang misterius. Semua penghuni kamar di sekitarnya merasa enggan padanya. Dia merupakan karakter kunci yang membedakan versi drama dari Webtoon-nya.
Seo Mun Joo (Lee Dong Wook) adalah seorang dokter gigi yang membuka klinik di dekat Eden goshiwon. Ternyata dia juga tinggal di sana, tepatnya di kamar nomor 304. Divisualisasikan sebagai sosok pria 30 tahunan yang berwajah tampan dan pucat, misterius, sedikit provokatif namun tetap terlihat ramah dan tenang. Penduduk sekitar mengenal kebaikannya karena Mun Joo sering terlibat aksi sosial. Di balik itu semua, ia adalah sosok yang mengerikan.
Min Ji Eun (Kim Ji Eun) adalah pacar Jong Woo. Ia juga bekerja di Seoul, menemukan kesulitan dalam pekerjaannya sama seperti Jong Woo. Oleh karena itu, di saat Jong Woo mengeluh soal penghuni kos yang aneh dan masalah pekerjaannya, Ji Eun kurang bisa mendengarkan. Mulanya mereka saling menyayangi satu sama lain, namun seiring kesulitan yang mereka hadapi bersama, hubungan mereka merenggang.
Shin Jae Ho (Cha Rae Hyoung) adalah bos dan CEO perusahaan tempat Jong Woo bekerja. Dia memperkerjakan Jong Woo karena mereka memiliki relasi baik sejak di perguruan tinggi. Jae Ho selalu menganggap Jong Woo sebagai adiknya sendiri dan sering membantu. Namun, sifat dominannya membuat ia terlihat mudah meremehkan orang lain dan membuat Jong Woo kesal. Ia pun pernah kepergok mengantar Ji Eun pulang ke apartemennya.
An Hee Joong (Hyun Bong Sik) adalah penghuni kamar di depan kamar Jong Woo. Dia digambarkan sebagai sosok preman yang menjadi buronan polisi. Sifatnya temperamental dan kasar. Dia pernah terlibat pembicaraan dengan Jon Woo dan bilang kalau penghuni kos adalah orang-orang aneh. Namun pemilik kos justru memutar fakta kepada Jong Woo bahwa preman itulah yang aneh dan jahat. Beberapa hari setelah perbincangan mereka, Hee Joong menghilang tapi diasumsikan pindah kos oleh Eom Bok Soon.
Kang Seok Yoon (Noh Jong Hyun) adalah penghuni baru di kamar yang sama setelah preman itu ‘pindah’. Dia adalah sosok pemuda 25 tahun yang polos dan murah senyum. Dia mendekati Jong Woo karena usia mereka tidak terpaut jauh, nasib mereka yang sama dan merasa Jong Woo adalah orang baik. Mulanya mereka saling mencurigai, namun lama kelamaan Jong Woo hanya bisa mempercayai Seok Yoon dibandingkan penghuni lainnya.
So Jung Hwa (Ahn Eun Jin) adalah polisi patroli wanita yang terpaksa menyelidik kasus pembunuhan kucing di area kerjanya. Karena merasa curiga, ia terus menyelidiki meski tugas penyelidikan bukanlah tugas seorang polisi patroli. Sampai penyelidikannya membawa jung Hwa pada rahasia di balik Eden goshiwon. Ia berkenalan dengan Jong Woo untuk meminta informasi dan berusaha keras untuk membongkar rahasia itu. Meski pada akhirnya nanti ia akan menjadi salah satu ‘korban’.
PERBEDAAN VERSI DRAMA DAN VERSI WEBTOON [SPOILER]
Well, aku nggak pernah baca versi Webtoon-nya sih. Tapi dari berbagai artikel dan komentar yang aku baca, pada akhirnya aku ngerti secara garis besar apa perbedaan antara versi drama dan Webtoon. Jelasnya, versi drama dibuat jauh lebih menarik dan kompleks—yang ngebuat aku pada akhirnya tertarik nonton padahal sebelumnya nggak tertarik sama Webtoon-nya. Apalagi ada Lee Dongwook ya di versi drama wkwkwk. Kalo ada psikopat tamvan pasti aku eksaitit hoho!
Jadi di versi Webtoon, tokoh utama antagonis adalah si Ki Hyuk atau si mata belok. Dia di sana adalah pembunuh berdarah dingin yang bersembunyi di sebuah goshiwon kecil. Jadi nggak ada sisi unik yang terlalu mencolok dari sosok ini. Sedangkan tokoh dokter gigi yang diperankan Lee Dongwook ini sebenernya nggak ada.
Seo Mun Joo adalah karakter tambahan di versi dramanya. Sutradara sengaja ngebikin sosok ini sebagai tokoh utama antagonis, bukan Ki Hyuk. Seo Mun Joo dideskripsikan sebagai sosok pria mapan yang tampan. Bekerja sebagai dokter gigi—yang mana kerjaannya selain terdengar menjanjikan, memang berhubungan dengan membantu orang banyak. Cukup menjadi opsi yang bagus untuk menutupi keburukan di balik wajah gantengnya.
Nah, makanya saat Mun Joo ada di luar klinik dan terlepas dari identitas dokternya, kostum yang dia pake cenderung serupa sama Ki Hyuk. Kaos lengan panjang item dan celana panjang item. Identik.
Kemunculan Mun Joo ini cukup ngebikin alur drama berubah, namun nggak menghilangkan relasitas di antara keduanya. Makanya, di judul aku sebut ‘Strangers from Hell : Sebuah Adaptasi Webtoon Terkeren’, bukan terbaik. Karena kalo terbaik, lebih condong ke penempatan tokoh dan alur yang serupa.
Aku nggak bisa ngebandingin bagusan mana antara drama dan Webtoon, tapi yang jelas kemunculan Seo Mun Joo di sini bener-bener membantu mengurangi kesuraman drama ini wkwkwk. Ganteng banget woy aelah! Hubungan antara Munjoo dan Jong Woo juga nggak bisa diabaiin. Intens, dalam, menyesakkan, penuh misteri dan luar biasa.
Bisa dibilang Mun Joo ini kunci utama kenapa Strangers from Hell versi drama punya ending yang melegakan meski bisa disebut sebagai sad ending.
Ready for spoiler? Ini bakalan banyak, jadi siapin mental dan matamu untuk lanjut baca!
KUPAS TUNTAS ALUR STRANGERS FROM HELL [SPOILER]
Di episode awal, semua tokoh mendapat porsinya masing-masing. Dimulai pengenalan-pengenalan yang tetap mengangkat unsur mencekam. Jong Woo mulai membiasakan diri tinggal di kos barunya, terpaksa mendengar keributan, berbagi kamar mandi dan meladeni ibu kos yang cerewet.
Di kantor ia mesti berhadapan dengan senior yang nyebelin. Senior itu selalu ngejelekin Jong Woo karena dia pegawai magang yang bisa kerja hanya karena bantuan Jae Ho. Belum lagi waktu dia sumpek, dia nggak punya tempat buat curhat. Pacarnya pun punya masalahnya sendiri, jadi nggak bisa bener-bener dengerin curhatan Jong Woo. Nah, dari sini kita juga punya pelajaran penting; jadilah pendengar yang baik.
Setiap orang mesti mengeluarkan bebannya lewat curhatan. Kalo kamu punya temen yang pengen curhat, coba didengerin baik-baik. Jangan diabaiin. Kasih respons positif, meski kamu nggak bisa ngasih feedback berupa nasehat yang baik. Cukup jadi tempat curhatnya aja. Karena di drama ini ngebuktiin, semua masalah yang dipendem terus-terusan akan mempengaruhi kesehatan mental orang yang bersangkutan.
Dan kebetulan Jong Woo ini adalah penderita PTSD (Post Traumatic Stress Disorder). Penyakit ini biasanya diderita oleh orang yang punya kenangan buruk saat perang, kecelakaan, bencana alam atau pelecehan. Dan dalam kasusnya Jong Woo dimulai paska dia selesai wamil (dan kebetulan juga Yim Siwan beneran baru selesai wamil wkwkwk).
Ciri-ciri pengidapnya adalah orang yang emosinya nggak stabil, ia cenderung normal, tapi kalo ada sedikit pressure dia bakal berubah emosional, marah dan bakal ngelukai orang lain atau dirinya sendiri.
Awal Pertemuan dengan Ki Hyuk
Malam pertamanya di kos, Jung Woo makan satu meja dengan si preman, Hee Joong di dapur kos. Di sana Hee Joong bercerita soal penghuni kos yang aneh. Jong Woo pada mulanya nggak peduli. Sampai saat dia mau tidur, terdengar keributan di lorong kos. Ternyata waktu dia buka pintu kamarnya, Hee Joong lagi marahin si botak, Deuk Jong. Katanya sih si botak menyusup ke kamar si preman.
Eh, munculah Ki Hyuk, penghuni kamar 302 yang bersikap tenang tapi menyeramkan. Dia ngebuat suasana berbalik menyudutkan si preman dan apa yang Jong Woo lihat, semua penghuni kos seperti segan kepada Ki Hyuk. Entah siapa sebenarnya Ki Hyuk ini, tapi Jong Woo jarang sekali melihatnya di kos.
Penemuan Bangkai Kucing
So Jung Hwa yang ditugaskan untuk berpatroli sering mendapat laporan penemuan bangkai kucing. Ia mulai mendalami penyelidikan setelah penemuan bangkai kucing ketigabelas. Jung Hwa yakin sebelum membunuh manusia, seseorang sedang berlatih dengan membunuh kucing. Ia pun menganggap kasus ini sebagai kasus yang serius, meski jika ia nekat menyelidikinya, karirnya sebagai polisi akan terancam.
Dan penyelidikannya membawa ia pada si botak, Deuk Jong. Deuk Jong pun dibawa ke kantor polisi untuk investigasi. Namun karena penyakit mentalnya, semua informasi yang diberikan tidak akurat. Polisi lainnya pun meminta Jung Hwa untuk menghentikan penyelidikan dan membebaskan Deuk Jong. Jung Hwa hanya membebaskan Deuk Jong dari interogasi, namun tidak sedikit pun menghilangkan niat untut tetap menyelidiki.
Penyekapan Si Preman
Setelah insiden pertengakaran itu, semua penghuni kos (si mesum Nam Book, si botak Deuk Jong bersama kakaknya dan Ki Hyuk) bekerja sama menyekap si preman di lantai 4. Ada peraturan yang dibuat agar penghuni tidak pergi ke lantai 4, karena dulunya adalah bekas kos putri yang terbakar. Informasi ini tentu hanya berlaku untuk Jong Woo yang masih penghuni baru.
Penyekapan si preman pada akhirnya membuka fakta lain bahwa semua penghuni kos termasuk ibu kosnya adalah sebuah komplotan. Mereka bekerja sama untuk membunuh para penghuni kos lain dan bahkan memakan dagingnya! Mereka bergiliran menyiksa dan berebut untuk membunuh. Geez, so creepy.
Dalang di Balik Sosok Ki Hyuk yang Menyeramkan
Setelah ada laporan si preman hilang, seorang detektif mendatangi kos itu untuk mencari informasi. Tapi yang ia dapatkan hanya fakta kalo si preman sudah pindah tanpa memberi kabar apapun. Karena merasa keberadaannya terendus, Ki Hyuk membunuh detektif ini dengan gegabah.
Kemudian munculah Seo Mun Joo yang langsung mengubah sikap arogan Ki Hyuk menjadi segan. Mun Joo bilang kalo dia nggak suka dengan sikap gegabah Ki Hyuk dalam menyelesaikan masalah. Dan pada akhirnya Mun Joo membunuh Ki Hyuk di tempat sambil bilang, ‘Terima kasih atas kerjanya, Sayang’.
Sampai sini tau kira-kira apa maksud ucapan Mun Joo?
Pertemuan Pertama Jong Woo dengan Mun Joo
Kesuraman lingkungan kos ini diobati oleh salah satu pemandangan atapnya yang bagus. Ada beberapa scene yang diambil dari atas atap pada siang, sore dan malam hari. Kayaknya cuma atap bagian kos ini yang bagus wkwkwk.
Malam setelah ngebunuh Ki Hyuk, Mun Joo menemui Jong Woo di atas atap. Mereka terlibat obrolan yang menimbulkan asumsi Jong Woo kalo cuma Mun Joo satu-satunya penghuni kos yang keliatan normal. Belum lagi mereka sama-sama bahas soal pekerjaan selingan Jong Woo sebagai seorang novelis, di sana Mun Joo terlihat tertarik dan bahkan tau siapa penulis favorit Jong Woo.
Jong Woo mengaku cerita yang sedang dibuatnya adalah cerita seorang pianis terkenal dan berprestasi yang ternyata memiliki sisi kelam sebagai seorang pembunuh. Mun Joo terkesan dengan ide itu dan bilang kalo orang-orang seperti itu sungguhan ada di sekeliling mereka. Bahkan Mun Joo meralat tulisan Jong Woo yang bilang kalo si pianis mencekik korban dan merasakan suhu dingin tubuh korban yang merenggang nyawa. Mun Joo bilang seharusnya suhu yang dirasakan di tubuh korban itu panas bukan dingin. Sa ae lu, dia abis ngebunuh orang dengan cara yang sama weeee T_T
Dan Jong Woo sadar kalo Mun Joo ini sering banget senyum ke arahnya. Pas ditanya kenapa, Mun Joo bilang dia suka. Ada sesuatu yang dirasain pas ngeliat Jong Woo. Apakah cinta pada pandangan pertama? Wkwkkw. Iya, emang cinta, tapi dalam konteks negatif.
Dan sejak saatu itu Mun Joo mulai obsesif ke Jong Woo. Seperti ingin memiliki tapi nggak tau untuk apa.
Daging Manusia yang Bikin Gempar
Hubungan keduanya makin akrab. Jong Woo ngerasa cuma sama Mun Joo dia bisa ngobrol. Tapi semua mulai aneh saat mereka duduk di meja makan berdua, dan Mun Joo negluarin sekotak daging dari dalam kulkas. Katanya itu masakan ibu kos.
Jong Woo ngicipin, tapi rasanya aneh. Mun Joo bilang itu daging manusia, tapi kemudian dia ketawa dalam bilang kalo bercanda. Jong Woo mendadak nggak mau makan dan malah ketakutan.
Meski kemunculan daging ini cuma pemanis belaka, tapi sempat menggemparkan penonton, loh. Sampai kru drama ini membuat pernyataan resmi kalo itu daging hanya sebagai property untuk mengintenskan rasa ngeri yang dirasakan Jong Woo.
Meski begitu, tetep aja ada artikel dan video yang coba menelaah gimana sih rasa daging manusia itu setelah adegan ini rilis. Kacau!
Polisi vs Dokter Gigi
Sebenernya Jung Hwa ini adalah pasien langganan di kliniknya Seo Mun Joo. Kebetulan dia sakit gigi dan ngebuat jadwal untuk operasi. Dan pas operasi itu, nggak tau kenapa Mun Joo sengaja matiin CCTV dan ngebawa jarum suntik berisi cairan bius yang mau diaplikasiin ke Jung Hwa.
Beruntung karena Jung Hwa ditelepon atasannya dan menggagalkan aksi nekat Mun Joo yang aku pun nggak tau faedahnya buat apaan.
Sebenernya yang paling penting dari scene ini adalah saat Jung Hwa menyadari klinik milik Mun Joo ini punya relasi sama panti asuhan yang kebakaran puluhan tahun yang lalu. Jung Hwa bertanya-tanya, tapi dipendem demi menghargai Mun Joo sebagai dokternya.
Btw, mau dong aku sakit gigi kalo dokternya seganteng Lee Dongwook. Au!
Mun Joo yang Mulai Merasuki Jong Woo
Masalah sama senior di kantor, penghuni kos yang gila semua, bos yang dianggap kakaknya sendiri malah makin deket sama pacarnya, belum lagi ibunya minta uang untuk biaya berobat kakaknya, semua ngebikin Jong Woo semakin sering ‘kumat’. Penyakit PTSD-nya sering memutar memori di kepala ke kejadian saat dia wamil. Dan lucunya, semua memorinya diinterupsi sama kemunculan sosok Seo Mun Joo.
Mun Joo semakin berhasil ngedeketin Jong Woo dan mulai perlahan meyakinkan Jong Woo kalo dia berbeda dari yang lain. Mun Joo bilang sebaiknya Jong Woo melakukan apapun yang ingin dilakukan dan membebaskan dirinya dari perangkap. Ucapan Mun Joo perlahan mulai merasuki pikiran Jong Woo yang ‘lemah’ dan Jong Woo pun mulai sering melihat sosok Mun Joo dalam setiap kesempatan di hidupnya.
Belum lagi Mun Joo selalu membela Jong Woo di setiap kesempatan, termasuk saat ia terlibat pertengkaran dengan penghuni kos lain. Mun Joo akan menyelesaikan dan membela Jong Woo seolah Jong Woo adalah miliknya yang berharga. Obsesi Mun Joo pada Jong Woo akan semakin bertambah parah setelah ia membunuh orang demi Jong Woo.
Btw, kalo baca ini aku jadi inget lagunya Alec Benjamin yang If I Killed Someone for You. Di sana ada lirik kayak gini, do you want love me more if I killed someone for you?. Relatable banget kan yaaaa?
Penghuni Baru Pencerah Suasana
Aku nggak pernah nyangka bakalan ada penghuni yang masih mau tinggal di kos ini wkwkwk. Ngapain woy, nyari mati ajeeee. Dia adalah Kang Seok Yoon, seorang pemuda 25 tahun yang punya mimpi besar menjadi seorang rapper. Pas dia muncul di kos, kenapa aku yang berucap Alhamdulillah sih mewakili Jong Woo. Aku berharap dia penghuni normal yang bisa diajak berteman sama Jong Woo.
Seok Yoon adalah pemuda ceria yang polos, tinggal di kamar depan Jong Woo (bekas kamar si preman). Saking polosnya dia nggak nyadar kalo penghuni kos itu aneh sebelum akhirnya dikasih tau sama Jong Woo. Awal kemunculannya, dia ngetuk pintu kamar Jong Woo untuk pinjem charger. Ngakunya sih dia nggak punya charger, terus Jong Woo minjemin sambil saranin dia buat beli di mini market di deket kos.
Sutradaranya emang usil banget, karena sempet ngeliatin kalo sebenernya Seok Yoon ini punya charger di kamarnya. Charger punyanya Jong Woo ditaruh doang di atas meja, sedangkan charger dia dipake ngecas hapenya. Lah, terus dia minjem buat apa woy. Kukira dia orang baru komplotan penghuni kos yang cuma pura-pura ngobrol sama Jong Woo. Ternyata nggak kok, dia murni protagonis bagaikan malaikat kiriman Tuhan yang dateng ke kos busuk itu demi menemani Jong Woo.
Kematian Deuk Su
Sama seperti Ki Hyuk, Deuk Su (kakak kembaran Deuk Jong) bersikap gegabah dalam memperlakukan korban. Pada akhirnya Mun Joo kesel dan ngebunuh Deuk Su. Si adik sebenernya marah, tapi karena dia punya gangguan mental dan takut sama Mun Joo, dia nggak bisa berbuat apa-apa untuk membela kematian kakaknya.
Madu dan Racun
Hubungan Jong Woo dengan Seok Yoon semakin akrab. Mereka bahkan jalan bareng, diskusi bareng, makan bareng, sampe mandi bareng (karena kamar mandinya barengan). Seok Yoon terlihat memihak Jong Woo, bahkan saat Jong Woo ‘kumat’, Seok Yoon-lah yang berusaha menenangkan. Keduanya sepakat akan segera keluar dari kos itu setelah punya uang yang cukup. Jong Woo juga bilang kalo Mun Joo adalah sosok yang harus paling diwaspadai.
Meskipun Jong Woo seperti baru aja dapetin back up dari Seok Yoon untuk kelanjutan hidupnya di kos, dia justru dihaadapkan oleh kenyataan kalo Ji Eun, pacarnya diantar pulang oleh bosnya, Jae Ho. Hubungan mereka terlihat akrab, sampai Jong Woo merasa cemburu dan berasumsi mereka selingkuh di belakangnya.
Pelampiasan Pertama Jong Woo
Sejak lama Jong Woo yang mengidap penyakit itu ingin melampiaskan kemarahannya. Sering kali dalam beberapa scene Jong Woo terlihat menghajar orang yang membuatnya kesal, tapi itu cuma khayalan. Dan pada akhirnya, suatu malam saat ia dihadang oleh pemuda yang bersinggungan dengannya di warnet, Jong Woo dengan senang hati meladeni pertengkaran dengan mereka.
Jon Woo menghajar mereka membabi buta. Ia pun sampai berdarah dan lemah tak berdaya. Pada saat itulah Mun Joo datang dan bilang, ‘Mulai sekarang aku akan selalu ada di sisimu’.
Setelahnya Mun Joo juga membantu Jong Woo berdamai dengan para ibu korban di kepolisian. Polisi di sana berterima kasih pada Mun Joo karena mau bertanggung jawab membebaskan Jong Woo dan menenangkan suasana ricuh dari para ibu yang menuntut.
Setelahnya Jong Woo memohon pada Mun Joo untuk berhenti membuntuti dan menolongnya. Ia memutuskan pergi dari kos meski harus kehilangan tempat tinggal. Jong Woo cuma mau ngelepasin diri dari obsesi Mun Joo yang kayaknya baik, tapi sebenarnya punya niat buruk padanya.
Dan setelah insiden ini, Jong Woo nggak tanggung-tanggung untuk melampiaskan amarahnya. Beberapa hari kemudian dia merusak keyboard seniornya, Byung Min—yang selama ini bikin dia muak di kantor. Dan bahkan ia memukuli Byung Min dengan gelas kopi dan keyboard yang rusak. Semua orang beranggapan Jong Woo berubah menjadi menyeramkan.
Tingkat Obsesif Mun Joo yang Semakin Parah
Jae Ho, si bos menemui Jong Woo dengan pakaian yang masih sama seperti yang terakhir kali ia kenakan setelah insiden menghajar pemuda perusuh tempo hari. Jae Ho mengajak Jong Woo makan dan beliin dia sebuah baju ganti. Tapi ternyata tujuan utamanya bukan itu. Jae Ho berniat mempertemukan Jong Woo dengan Ji Eun untuk ngelurusin masalah salah paham yang ngebikin hubungan ketiganya merenggang.
Bukannya mendengarkan, emosi Jong Woo malah terpancing. Dia bahkan berniat memukul kepala Jae Ho dengan botol bir. Keributan di kafe itu ternyata dilihat oleh sosok yang berdiri di pojok, yang nggak lain dan nggak bukan adalah Mun Joo. Dia malah nyamperin dan ngelibatin diri dalam pertengkaran itu.
Di sana Mun Joo bicara untuk memancing emosi Jong Woo,
Tinggal di kos sempit itu ngebuat kita sendirian di dunia ini. Tapi kalo orang terdekat pun nggak paham perasaan kita, kamu tau persis kayak apa rasanya.
Dan juga untuk memancing emosi Jae Ho,
Jangan sok peduli sama dia. Kamu seneng karena bisa memperkejakan Jong Woo dengan murah. Dan akan lebih bagus lagi kalo kamu bisa ngerebut pacarnya.
Tapi setiap kali dia ngomong, dia selalu ngelihat tepat ke mata Jong Woo. Seolah berusaha berbicara sama Jong Woo dan mempengaruhinya. Di sini mungkin keliatan biasa aja, tapi serius tatapan matanya Mun Joo beneran ngeri.
Jong Woo yang kesal akhirnya ngajak Mun Joo bicara empat mata. Di sana Mun Joo semakin menjadi-menjadi mempengaruhi Jong Woo. Dia tau setiap masalah yang dialami sama Jong Woo, mulai dari masalah kantor, perselingkuhan dan keluarganya. Jong Woo semakin frustasi dan bilang ke Mun Joo untuk berhenti ngikutin dan ganggu dia.
Mun Joo pun pergi. Dan Jong Woo bilang ke Jae Ho untuk hati-hati. Jae Ho ngasih uang ke Jong Woo untuk tidur di hotel dan minta Ji Eun untuk nemenin sampai Jong Woo tenang.
Seorang Saksi Mata
Entah apa yang sebenernya dipikirin sama Mun Joo. Apakah dia terlalu terbiasa sama kegiatan bunuh-membunuh, seolah ngehilangin satu nyawa bukanlah perkara besar? Atau Mun Joo nggak terima sama perlakuan Jae Ho selama ini sama kesayangannya Jong Woo?
Karena Mun Joo sampe nekat datengin apartemen Jae Ho dan ngebunuh dia. Seperti yang disebut Jong Woo, hati-hati. Tapi sayang, Mun Joo terlalu pintar dan terlalu terlibat obsesi sampai dia ngebunuh Jae Ho dengan mudah. Hape Jae Ho pun diambil Mun Joo, dipake untuk rencana pembebasan obsesi selanjutnya.
Tapi saat pembunuhan itu, ternyata ada seorang jurnalis yang diam-diam menjadi saksi. Jurnalis ini langsung melapor polisi dan membuntuti Mun Joo sampai ke kos. Waktu di kos, dia ketemu sama si botak. Kukira penyelidikan si jurnalis ini kepergok sama si botak. Untung aja nggak.
Jangan Nodai Kepolosan Seok Yoon :(
Rasanya sedih karena Jong Woo pergi ninggalin kos sedangkan Seok Yoon masih stay di sana. Dia ketemu sama Mun Joo dan mereka ngobrol di meja dapur. Sebenernya tujuan Mun Joo ngajak ngobrol Seok Yoon adalah untuk mengukur sejauh mana hubungan antara Seok Yoon dan Jong Woo, seperti ada rasa cemburu atau sebuah rencana. Hmmm.
 Dan sama seperti yang pernah dilakuin ke Jong Woo sebelumnya, Mun Joo nawarin daging ‘manusia’ itu ke Seok Yoon. Bedanya Seok Yoon bilang daging itu enak, aduhhhhh huhuhuhu. Tapi waktu dibilang kalo itu daging manusia, Seok Yoon malah anggap itu candaan. Dan waktu Mun Joo bilang kalo Jong Woo pernah denger candaan yang sama dan reaksinya malah takut, di situlah Seok Yoon mulai ada yang nggak beres.
Kasiaaann...
Dan nggak tau kenapa Seok Yoon yang udah sepakat sama Jong Woo untuk nggak masuk ke lantai 4, pada akhirnya penasaran sama bunyi yang ada di sana dan nekat masuk. Dan bener aja, dia kepergok sama tiga penghuni gila (si mesum, si botak dan Mun Joo) dan berakhir dengan disiksa seperti korban lainnya.
Kenapa Jong Woo Tidak Menyadari Tangisan Seok Yeon?
Mun Joo juga mencabut paksa gigi Seok Yoon (tanpa obat bius) dan mengoleksinya bersama gigi-gigi korban yang lain. Kasihan banget sih ini sumpah. Di antara korban yang lain, aku paling kasian sama Seok Yoon. Dia polos banget sih :(
Menyerah Jadi Orang Jahat
Menemukan Bantuan yang Sebenarnya Tidak Berguna
Kok Ketikannya Beda?







Share:

Monday, October 28, 2019

FAKTA TENTANG 1MILLION DANCE STUDIO



Gedung 1 Million Dance Studio yang ada di Gangnam.

INTRO
Sebenernya aku udah tau lama tentang komunitas dancer ini, pernah sesekali cek video mereka juga. Tapi aku nggak notice sama channel Youtube mereka dan nggak ada rasa kepo yang berlebihan. Aku mulai ngikutin dan cari tau tentang 1Million Dance Studio itu setelah videonya Mina Myoung featuring Mamamoo yang GOGOBEBE. Kebetulan kan aku suka sama lagunya, jadi kepo sama koreonya juga.
Dan dari sanalah aku mulai put my interest for them. Di sini aku mau coba buat nulis entri tentang apa yang aku tau soal 1Million Dance Studio. Check this out!
Jadi apa sih 1Million Dance Studio itu?
1Million Dance Studio adalah sebuah sekolah dancer yang ada di Gangnam, Seoul, Korea Selatan. Dibuka awal Desember tahun 2014. Tapi 1Million Dance Studio baru berfokus untuk mengelola akun Youtube sejak tahun 2015. Pemilik aslinya Timon Youn dan ada nama Lia Kim sebagai co-founder. Dia juga adalah koreografer terkenal di Korea (bahkan di dunia), yang paling berpengaruh dan bertanggung jawab atas semua kegiatan di 1Million Dance Studio.
PENJELASAN MENGENAI KELAS DI 1MILLION DANCE STUDIO
Di 1Million Dance Studio ada banyak guru koreografi. Tiap koreografer punya gaya khas dance masing-masing. Dan bahkan sebagian besar dari mereka udah dipercaya sama agensi terkenal kayak SM, JYP dan YG Entertaiment untuk bikin koreo tarian para idol di sana. Misal ada Kasper yang sering bikinin koreo buat tariannya EXO atau Rikimaru yang dikenal untuk koreografinya Taemin. Mereka juga udah banyak kerjasama bareng brand, artis, musisi dan bahkan pemerintahan Korea.
Nah, total dari koreografer di sana ada sekitar 20-an lebih. Setiap murid yang mendaftar di sana bisa milih mau ambil berapa kelas perbulan dan mau ikut kelasnya siapa. Satu bulan ditarget minimal satu kelas dan maksimal unlimited atau tidak terbatas. Perkelasnya murid harus membayar 35000 won atau sekitar 400 ribu rupiah. Dan untuk kelas unlimited mereka harus keluar duit sekitar 450000 won atau sekitar 5 juta rupiah. Mahal, ya. Hehe. Rugi banget kalo bolos kelasnya.
Nah, setelah kalian bayar dan daftar di meja resepsionis (mereka bisa bahasa Inggris, Cina dan Jepang), kalian bisa mulai ambil kelasnya. Terserah mau mulai kapan, intinya jumlah kelas yang bisa kalian ambil harus sesuai sama jumlah uang yang kalian keluarkan. Misalnya kalian ambil tiga kelas per satu bulan dan kalian suka banget nih sama Lia Kim, kalian boleh ambil tiga kelas Lia Kim atau ambil satu kelas Lia Kim dan dua kelas koreografer lain.
Atau kalo kalian masih ragu sama kemampuan kalian, kalian bisa ambil beginner class. Dan untuk kelas pemula ini, koreografernya bebas, nggak nentu siapa aja yang mau ngajarin pas hari itu. Meski disebut ‘pemula’, sebenernya kelas ini tetep aja susah. Kalian mesti punya basic atau passion yang kuat untuk nge-dance biar rasanya nggak terlalu sulit.
Dan 1Million Dance Studio udah punya banyak banget murid dari penjuru dunia. Bule-bule nekat ke Korea demi bisa ngambil kelas dan jadi seorang dancer. Ada juga yang pas liburan ke Korea iseng ambil satu atau tiga kelas koreografer favoritnya. Aku pengen juga gabung ke sana. Andai dance segampang itu, aku mau ambil kelasnya Junsun, Enoh atau Jinwoo wkwkwk. Langsung patah tulang deh kayaknya.
Selain itu mereka juga sering ngadain workshop keliling dunia untuk memperkenalkan dunia dance dan tentunya 1Million Dance Studio. Mereka pernah ke Indonesia juga di tahun 2017. Tapi nggak menutup kemungkinan para koreografer itu juga mempunyai jadwal untuk mengisi kelas dance di studio lain, bahkan sampai di luar negeri. Mereka juga sering kolaborasi sama korografer lain untuk mengisi kelas-kelas yang ada. Dan tentunya dibayar! Bayangin betapa kayanya mereka hohoho. Marry me, Jinwoo!
KOREOGRAFI YANG DIPOSTING DI CHANNEL YOUTUBE 1MILLION DANCE STUDIO
Setiap koreografer punya ciri khas koreografi dan jenis dance sendiri. Ibarat kayak guru di sekolah gitulah, ada yang galak, ada yang nyantai, ada yang seneng bercanda dan lain sebagainya. Tapi aku percaya sih di samping mereka semua bertalenta, mereka juga lot of fun. Mereka sering menyampaikan kepada penonton buat jangan takut untuk berinteraksi sama mereka di kelas, karena nggak seperti yang terlihat saat nge-dance, mereka juga seru dan bisa diajak diskusi bareng, kok.
Beberapa dari mereka juga ngasih kriteria buat kelasnya masing-masing. Misalnya, Koosung Jung yang nggak terlalu seneng punya murid banyak. Jadi kalo ada yang mau daftar ikut kelasnya, dia bakal batesin cuma beberapa orang doang. Meski batesan satu kelas boleh diikutin oleh 60 orang (termasuk murid dan koreografer lainnya). Iya, sesama koreografer boleh saling ikut kelas masing-masing. Untuk tetep bayar atau nggaknya sih aku nggak tau wkwkwk.
Setiap kelas dibagi menjadi tiga hari. Hari pertama semua murid pendaftar boleh ikut. Hari kedua, koreografer itu milih beberapa yang terbaik untuk diasah lagi di hari berikutnya. Dan hari ketiga adalah hari pengambilan video. Koreografer biasanya ambil murid terbaik untuk jadi penari latar mereka dan beberapa sisanya bisa masuk video itu juga. Sebuah kebanggan kalo seorang murid bisa masuk ke dalam video untuk kemudian diupload di Youtube dan ditonton sama jutaan orang.
Well, di tahun 2016 channel Youtube mereka udah mencapai 1 juta subscribers. Dan saat aku nulis ini, subscriber mereka udah mencapai 18 juta! Wow, daebak! Tujuh belas juta orang dalam tiga tahun!!! Dan aku yakin sih mereka mampu mencapai 20 juta nggak lama lagi.
Selain upload kegiatan kelas atau project dance mereka, 1Million Dance Studio juga punya channel Youtube selingan yaitu 1Million TV dan 1Million Life. Kalo 1Million TV isinya kayak variety show gitu, ada behind the scene pembuatan video, ada battle dance, battle rap, prank, daily life dan lain sebagainya. Sedangkan kalo 1Million Life isinya tentang tutorial dance dari para koreografer. Sayang kedua channel itu sekarang udah jarang upadate.
PARA KOREOGRAFER KECE!
Seperti yang udah kubilang, 1Million Dance Studio ini punya banyak banget koreografer bertalenta. Kebanyakan dari mereka direkrut sama Lia Kim lewat open recruitment. Jadi mereka ngelamar buat jadi instruktur di 1Million Dance Studio kayak pegawai yang ngelamar kerja gitu.
Tapi ada juga murid yang ditawarin untuk punya kelas sendiri setelah mereka jadi ikut kelas selama beberapa bulan atau tahun dan menunjukkan progess yang bagus. Mereka yang udah sibuk sama karir masing-masing juga masih boleh ngajar di sana. Koreografer 1Million Dance juga boleh dateng ke studio lain untuk punya kelas sendiri dan begitu pula koreografer dari studio lainnya. 
Nah, di sini aku bakal bahas sedikit tentang koreografer yang paling aku kepoin dari 1Million Dance Studio.
Junsun Yoo

Foto Junsun di kanal Youtube-nya yang bikin aku love at first sight.

Ini bias pertama aku di 1Million Dance Studio. Koreografer pertama yang aku suka hanya karena dia selalu senyum pas nge-dance. Udah ganteng, ada tahi lalat kecil di hidungnya pula, lucu! Junsun ini punya jenis tarian atraktif yang fast moving. Banyak banget gerakan dance dia mengandalkan kecepatan perpindahan kaki. Junsun juga suka ngambek, digodain yang lebih tua, ngerusuhin May J dan sedikit pemalu. Kesan dia malah lucu daripada seksi sih wkwkwk. Makanya di mata para murid, Junsun ini playful dan mudah dideketin.

Rambut panjang Junsun dan jaket warna favoritnya.

Dia suka musik hip hop, dia fans-nya Zico dari Block B (hampir tiap Zico rilis lagu, Junsun langsun bikin koreografinya), dia PD pake baju colorful kayak kuning, biru, merah dan lebih suka nge-dance dengan celana pendek. Junsun ini juga punya adik yang jadi anggota girl group Oh My Girl namanya YooA. Adeknya tjakep bener kayak boneka. Abangnya juga cakep sih. Junsun kelahiran 1994, sedangkan adeknya 1995. Kalo mereka foto bareng bisa kayak orang pacaran gitu, lucu.
Sekarang Junsun tampil lebih dewasa dengan rambut ikal gondrong. Dia juga keliatan lebih matang gitu, dari segi koreografi dan pembawaan sifatnya. 
Eunho Kim aka Enoh

Bentuk rahang Eunho dan bentuk alisnya bikin dia makin keliatan maskulin.

He’s my bias wrecker!
Aku suka dia setelah Junsun. Senyum gingsulnya lucu, orangnya juga playful kayak Junsun. Banyak murid yang nggak nyangka sama sifatnya yang ramah ini. Bahkan banyak koreografer lain yang suka ikut kelasnya dia. Katanya sih pas kelas dia serius gitu, eh pas breaktime dianya kocak. Eunho ini punya gerakan yang powerful dan artistik. Badannya tinggi kurus, jadi keindahan koreografi tarian yang kubilang artistik itu beneran kerasa.
Eunho dikenal dengan matanya yang besar dan bibirnya yang kecil dan tebel. Dia ngaku kalo dia seksi, tapi menurutku Eunho ini hanya tampan. Kalo seksi, masih banyak koreografer yang lebih seksi daripada dia wkwkwk jahat. Eunho ini paling klop sama Junsun kayaknya. Soalnya mereka seumuran, sifatnya juga sama. Mereka udah dikenal sebagai best buddie sama para fans 1Million Dance Studio.

Peoples say he's changed. For me he's just getting better.

Di antara semua koreografer, Eunho-lah yang bikin semua fans kaget. Kalo Junsun sekarang manjangin rambutnya, Eunho malah ngebotakin rambutnya. Banyak yang ngira dia abis wamil, tapi jarak dia jadi botak cuma beberapa minggu. Dan pada saat dia muncul dengan kepala botak, namanya udah ganti jadi Enoh, bukan Eunho Kim lagi.
Satu hal yang bikin kaget juga adalah Enoh kayaknya baru bikin IG lagi. Di IG dia sekarang juga dia jarang upload tentang dance lagi, dia lebih sering posting tentang foto ala model. Gaya tariannya juga katanya berubah, dia keliatan jauh lebih misterius dan nggak seceria dulu. Aku yakin dia menemui babak baru dalam hidupnya. Cuma dia yang tau.
Mina Myoung

Perut sobeknya :(

She’s an angel!
Suka banget liat Mina karena wajahnya sama koreografinya itu menunjukkan dia seksi, siapapun pasti tergoda sama dia, tapi dia juga tangguh, jadi nggak ada yang berani sama dia. Aku nggak pinter ngejelasin, tapi begitulah yang kuliat dari sosok Mina.
Dia cantik, bodinya bagus, punya abs pula. Ikon cewek seksi yang dimiliki 1Million Dance Studio. Nggak heran sih Mina suka pake crop top, bentuk perutnya bagus banget. Cewek ber-abs kan jarang ada gitu. Dia juga punya jenis tarian seducting, yang kayaknya selain berhasil buat godain cowok juga bakal berhasil bikin cewek-cewek terpukau deh.
Mina ini cenderung serius dan nggak begitu suka bercanda. Waktu dia lagi sesi pemotretan, ada Junsun sama Eunho bercanda dia nyuruh diem. Katanya berisik. Meski sebenernya Mina ini seumuran juga sama Junsun-Eunho.
Meski begitu, aku mungkin nggak bakal berani ambil kelasnya Mina. Im not that sexy to dance like her.
May J Lee

Kenapa imut banget sih Mbak?

Meskipun usianya nggak muda lagi (dia kelahiran 1988), May J Lee tetep aja punya wajah baby face yang cantik dan imut. Dia selalu ngingetin aku sama sosok Haruka ex-JKT48. Rambut bob sebahu, berponi dan murah senyum. Karena sifatnya yang childish dan lucu, May Jee sering banget digodain sama yang lebih muda.
Junsun adalah biang kerok yang demen bikin May J ngambek. Tapi mereka udah kayak kakak adek gitu, May J nggak pernah serius ngambek sama Junsun dan Junsun selalu minta maaf setelah godain May J.
May J ini punya tarian yang feminin dan cheerful. Kalo Junsun adalah King of Smile-nya 1Million Dance, maka May J adalah Queen-nya. Mereka murah senyum baik itu di dalam kelas atau di luar kelas. Dan menurutku May J ini adalah member tercantik. Mau dibikin gaya apapun dia tetep cantik. Gayanya dia yang bikin kaget itu waktu dia kolab di videonya Killagramz bareng Junsun dan Eunho. Gilak itu asli cakep bener!
Lia Kim

Ekspresi Lia selalu bagus. Master.

Lia Kim sepertinya yang tertua, sesepuh gitu wkwkwk. Jelas dia pendiri 1Million Dance Studio. Kehebatan koreografinya udah nggak diragukan lagi (menurutku dia yang paling menguasai banyak macam koreografi) ini udah pernah kerja bareng sama gitaris hot nan tamvan dan seksi dari Jepang, Miyavi. Pernah juga diundang sama tim Running Man buat bantu ajarin dance. Kiprah karir dan namanya udah nggak diragukan lagilah.
Tapi entah aku nggak begitu suka liat koreografinya Lia, karena udah terlalu bagus dan dia bisa menguasai segala jenis tarian, jadi kurang ada ciri khasnya gitu menurutku. Tapi seandainya aku beneran bisa milih kelas di 1Million Dance Studio, aku bakal ambil salah satu kelasnya Lia, karena aku tau dia instruktur dan guru yang tegas. Aku pengen cepet bisa kayak anggota Running Man wkwkwk.
Jinwoo Yoon

Ah, kamu, nggak tau umurmu tapi kupanggil dedek.

He's my another bias wrecker!
Mukanya itu imut, tapi gayanya swag. Dia mau tampil keren kayak apapun, mukanya tetep imut. Bahkan dia tetep imut di mataku meski ada tato di lengannya hahahah. Dia flat mukanya aja tetep imut, kalo senyum ya makin ambyar dah.

Tatomu ih :(

Nggak ada satupun web yang nyebutin dia kelahiran tahun berapa. Tapi kayaknya lebih muda daripada Junsun-Enoh, deh. Jinwoo punya khas tarian popping di hampir tiap koreonya. Aku bisa cepat menyimpulkan setelah nonton koreonya dia yang Believer milik Imagine Dragons. Setelah liat yang lainnya, eh ternyata beneran cukup banyak popping-nya.
Of course, aku bakal ambil kelasnya Jinwoo kalo berkesempatan!
Koosung Jung

Pas project ini Koosung keren banget sih. 

Ini nih koreografer yang ngaku suka ikut kelas koreografer lain, dan dia ngaku paling suka ikut kelasnya Enoh. Koosung sama Enoh dibilang bromance banget. Makanya Koosung berpesan sama Enoh, jangan terlalu mencintaiku, hubungan kita cuma sebatas pekerjaan. Kocak ih wkwkwk.
Aku belum begitu banyak nontonin video-video dia, sih. Tapi yang aku tau Koosung ini punya kepribadian yang agak pendiam dan pemalu di luar kelasnya. Dia merupakan murid di 1Million Dance Studio sebelum akhirnya bergabung menjadi koreografer dan punya kelasnya sendiri. Btw, dia kelahiran 1991.

Rambut ini mengingatkanku pada koreo Bad Guy - Billie Eilish-mu.

Oh, ya, Koosung juga salah satu koreografer yang penampilannya berubah. Dia sekarang manjangin rambut bagian depannya, jadi kayak ada poninya gitu. Makin tjakep, deh. Keep this style, Dude!
Yoojung Lee

Kamu sama Koosung aja, kalian cocok sih.

Si cantik nan kalem. Kalo disuruh milih mau macarin koreografer cewek siapa di 1Million Dance, aku bakal milih Yoojung. Dia keliatan manja tapi nggak kekanakan, keliatan feminim tapi ada kesan kuat. Jenis koreografernya nunjukin segi keindahan dengan sebagian besar pake lagu-lagu dramatis.
Cewek kelahiran 1992 ini sering dikapelin sama Koosung. Tapi aku paling suka sama couple dance dia bareng Eunho yang Maroon 5 - Sugar. 
Shawn

Dear, Shawn. Panjangin rambut gih, pasti makin seksi.

Nama aslinya Hwang Se Hyun. Dulu sempet kukira dia bule gitu gara-gara namanya. Aku baru-baru aja nih merhatiin Shawn. Ternyata dia cocok masuk daftar koreografer cowok terseksi karena dia sering tampil memamerkan tato-nya dan tindiknya. Aku suka liat tatonya Shawn omg! Coba cek Instagramnya deh.
Shawn ini juga sering muncul jadi penari latar koreografer lainnya. Dan di mana dia muncul, di situlah ada Jacob. Banyak banget kelas yang mereka ambil bareng wkwkwk. Dan kayaknya mereka berdua ini seneng ambil kelasnya Junsun. Jadi aku belum kenal banget sama jenis ciri khas tarian dia itu gimana. Intinya, Shawn ini awet dengan gaya rambutnya yang berponi gelombang wkwkwk.
Jacob aka Jun Liu

Kulit putih, bibir kecil merah, jago nari. Kurang apa kamu?

Atau dikenal juga sebagai Jun Liu.  Dia half-Chinese. Makanya muka dia agak-agak gimana gitu. Jacob ini dulunya hanyalah seoarang murid di 1Million Dance Studio. Karena performanya makin bagus, dia diangkat untuk jadi salah satu instruktur koreografi juga. Dan karena dia kelahiran 1997, dia dinobatkan sebagai koreografer termuda.
Dia sering jadi penari latar di belakang koreografer lain yang kebanyakan bareng  sama Shawn. Kalo dari sudut pandang penonton, Shawn di sebelah kanan, Jacob di sebelah kiri. Bareeeeng mulu. Junsun sama Enoh yang best buddies aja jarang ikut kelas bareng, wkwkwk.
Dan karena performanya bagus, pada akhirnya di tahun 2017 dia resmi menjadi koreografer yang boleh membuka kelasnya sendiri. Tampang imut, tariannya artistik ngebuat Jacob punya banyak fans. Coret dia dari daftar koreografer cowok terseksi, karena menurutku dia koreografer cowok terimut!
Austin Pak

Tidak bermaksud nantangin, tapi emang cuma
nemu foto ini yang bagus.

Yeuh, awalnya aku nggak kenal dan nggak suka sama Austin Pak ini. Tapi pas tau dia salah satu kandidat koreografer cowok terseksi dengan abs dan tatonya, aku mulai tertarik wkwkwk.
Sebagai ikon cowok seksi, Austin juga sering bikin koreografi buat lagu-lagu yang bisa menampilkan kemaskulinitasannya! Kalo istilah di Indonesia apasi yang alay gitu, rahim anget. Iya anjer liat dia nge-dance bikin rahim anget wkwkwk. Udah, sekarang buruan cek video koreonya buat lagu Senorita bareng May J Lee. Jantung nggak pa-pa gitu liat Austin dalam balutan sleveless plus celana item dan otot bisep yang tampak menantang?
Bongyoung Park

Banyak foto dia yang lebih layak, tapi sebagai pendukung
konten yang kutulis, fotonya begini aja ya.

Ini dia nih koreografer dengan julukan King of Couple Dance. Dia sering banget bikin koreografi buat couple dance. Maklum ya, dia ini ibarat ketua kelasnya persatuan koreografer cowok terseksi. Setahuku dia nggak punya tato, tapi itu nggak mengurangi keseksiannya. Cowok kelahiran 1991 ini punya postur badan yang tinggi banget. Dan muka mirip sama Rich Brian wkwkwk. Rich Brian versi tinggi.
Bongyoung agak berbeda sama Austin atau Shawn yang juga kubilang seksi. Bedanya apa? Dia lebih cheerful, terbuka, nggak misterius gitu. Banyak nih murid cowok yang ikut kelas dia karena mendadak pengen seksi sekaligus punya mentor baik hati.

Katanya Bongyoung sering dapet komen tentang fans cowoknya yang berharap dia gay. Saking seksinya! Dan dengan muka lucunya Bongyoung bilang, maaf ya saya bukan gay, hehe.
Tapi sayang, Bongyoung udah resmi meninggalkan 1Million Dance Studio dan katanya sih dia bikin studio dance sendiri. Tapi sepertinya dilihat dari IG dia, Bongyoung ini lagi vakum karena sedang menjalankan wamil. Mau lihat foto dia wamil? Cus ke IG-nya! Tiati tapi ya sama hati kalian, seksi soalnya.
Sori Na

Cantik sih, tapi kalo garang cantiknya ilang. 

Salah satu koreografer cewek yang sering dikapelin sama banyak banget koreografer cowok. Mulai dari Koosung, Junsun sampe Bongyoung! Mukanya yang imut dan karakternya yang swag bikin Sori Na ini punya banyak fans, karena dia juga kelihatan tangguh gitu di depan cowok-cowok.
Sori Na juga satu-satunya orang di 1Million Dance Studio yang bisa menghentikan keusilan seorang Junsun Yoo. Junsun paling nggak bisa ngelawan dia. Selain dia lebih tua 2 tahun dari Junsun, Sori Na ini juga sering bales ngusilin Junsun. Makanya Junsun sama Sori Na sering banget dikapelin.
Sayangnya, dia memilih berhenti dari 1Million Dance untuk fokus mengejar karir sebagai guru dance di universitas seni.

Rikimaru


Orang jelek ngedance aja jadi cakep,
lah apa kabar yang modelan begini?

Satu fakta lagi kalo sebenernya 1Million Dance Studio ini nggak hanya punya koreografer dari Korea aja. Salah satunya Chikada bersaudara. Tapi aku lebih demen sama abangnya, Rikimaru. Sekilas tampangnya nggak kayak orang Jepang, tapi kalo lama kelamaan diliat, muka dia kerasa Jepangnya wkwkwk.
Ini sih salah satu koreografer tertamvan di 1Million Dance Studio. Jago bahasa Inggris dan humoris pula. Dia itu tipe orang ganteng yang berani tampil jelek. Sayangnya, cowok kelahiran 1993 ini udah keluar dari 1Million Dance Studio dan lebih berfokus untuk buka kelas dance di Jepang bareng adiknya, Yumeri.
Yumeki 

Kayak orang Indo kamu. Eh, orang indo yang kayak kamu.

Terakhir nih! Nama koreografer yang paling hot issue. Kenapa? Karena selain namanya yang cakep, yaitu Yumeki Takenaka, dia juga punya good looking face yang cenderung imut dan bisa menjadi saingan terberat Jacob untuk menduduki posisi koreografer cowok terimut di 1Million Dance Studio!
Yumeki udah punya banyak kelas dan ngajar di berbagai macam studio dance. Tapi dia baru gabung sama 1Million Dance Studio akhir-akhir ini. Jadi namanya masih belum terlalu dikenal sama para fans. Beruntung sih cowok kelahiran Korea dengan nama kayak orang Jepang ini punya wajah yang 'cantik', jadi fans-nya langsung bejibun ada banyak.
Dan rekor yang terpecahkan dari Yumeki adalah dia kelahiran 1999. Dan merebut gelar koreografer termuda di 1Million Dance Studio yang sebelumnya dipegang oleh Jacob. Wow, daebak!

Penutup
Sebenernya ada banyak nama-nama lain koreografer kece dari 1Million Dance Studio. Misalnya ada Minny Park, Tina Boo, Jin Lee, Jay Kim dan lain sebagainya. Tapi seperti yang kubilang, di atas adalah sebagian koreografer yang paling sering mengisi kelas dan paling aktif di 1Million Dance Studio.

Meskipun mereka adalah koreografer tetap di 1Million Dance Studio, mereka sesekali punya jadwal untuk ngajar di kelas studio lain, kadang ada workshop kolaborasi sama koreografer internasional juga. Jadi jadwal mereka sebenernya sangat padat. Dan kalo misalnya koreografer utama kayak mereka sedang sibuk, ada beberapa koreografer baru (entah itu dari luar studio atau dari murid yang berpotensi) buat ngisi kelas di 1Million Dance Studio.

Kalian bisa samperin langsung channel Youtube mereka dan jadilah saksi tentang kehebatan dance para koreografer kece dengan pesona dan ciri khas masing-masing. Ada juga playlist video yang mereka buat sesuai dengan nama koreografernya. Dan sampe sekarang Junsun sama Mina Myoung yang video kelas koreografinya paling banyak diupload!
Semua entri ini aku tulis atas dasar have fun karena aku seneng bisa mengenal orang-orang bertalenta yang kece seperti mereka (meski telat as always). Dan isi dari tulisan ini murni diambil dari sudut pandangku. Info-info yang aku dapetin dari berbagai sumber, termasuk video-video yang mereka upload. 
Entri berikutnya bahas apaan lagi, ya?

Share: