Release
: August, 25 2017
Director
: Adam Wingard
Writter
: Charles Parlapanides, Vlas Parlapanides, Jeremy Slater
Durration
: 100 minutes
Genre
: Horror, thriller, fantasy, mystery
Cast
: Nat Wolff, Keith Stanfield, Margaret Qualley, William Dafoe, Shea Whigham,
Paul Nakauchi
Aku adalah fans Death Note sejak SD, bahkan bisa disebut
maniak berat. Dari Death Note-lah aku mulai paham hal-hal yang berbau
jejepangan dan juga yang berbau detektif. Jadi bukan hal baru lagi kalau semua
bentuk Death Note selalu kulahap habis. Mulai dari nonton animenya di akhir
masa-masa SD, total keseluruhan 12 volume manganya yang berhasil kukumpulin di
masa-masa SMP, ngikutin adaptasi film live
action pertama, kedua, ketiga yang diperankan secara total oleh Kennichi
Matsuyama di masa SMA. Sampai yang paling terbaru drama Death Note yang
dibintangi aktor baru Kento Yamazaki dan tentu juga film spin-off Death Note tahun 2016 yang dibintangi oleh Si Ganteng
Masahiro Higashide. Bahkan Death Note bentuk novel dengan judul BB LA Murder
Cases pun sudah kubaca (meskipun lewat file PDF berbahasa Inggris, wkwkwkw).
Jadi beberapa hari yang lalu, salah seorang reader Wattpad ngobrol bareng aku di DM.
Kita ngebahas tentang jurusan kuliah, hobi, tempat tinggal dan lain sebagainya.
Sampai obrolan kita mengarah ke sebuah pertanyaan dari dia : “Udah pernah
nonton Death Note USA?”. Dan di sana aku pahamnya malah ke Death Note Los
Angeles Murder Cases itu. Terus dia ngasih aku sebuah nama, yaitu Nat Wolff.
Kucarilah siapa orang itu di Google dan yang kutemukan adalah sosok pemuda
kelahiran 1994 yang cukup ganteng. Dialah pemeran Kira untuk Death Note versi
USA (Netflix) yang rilis bulan Agustus 2017 kemarin. Sebenernya aku cukup penasaran
dan berjanji bakal nonton film itu, tapi karena reader itu bilang kalau versi film USA-nya beda banget sama Death
Note asli, rasa kepoku untuk nonton film itu berkurang sepersekian persen.
Kebetulan lain muncul saat aku meminjam hard disk temen untuk meng-copy
beberapa data sebelum libur kuliah. Sekalian juga aku minta film-film dari
dia. Dan ya, film Death Note Netflix itu ada di dalam hard disk itu. Yaudah, sekalian aku minta dari dia. Di antara puluhan
film yang kuminta, Death Note Netflix yang pertama kali aku tonton saat liburan
semester. Dan soal perkataan reader waktu
itu memang bener, filmnya jauh berbeda dari aslinya. Apa aja sih perbedaannya?
Light di film ini ditampilkan sebagai pemuda yang bermasalah
di sekolah. Tidak mempunyai banyak teman sampai dia bertemu dengan seorang
gadis anggota cheerleader bernama Mia
(mungkin adaptasi dari nama Misa Amane). Jelas berbeda jauh dengan sosok Light
Yagami yang asli. Light yang asli digambarkan sebagai pemuda yang rajin, pintar
dan berprestasi di sekolahnya. Bahkan
Light yang asli mampu menggunakan Death Note seorang diri dan justru menolak
bantuan Misa Amane yang ingin menjadi tangan kanannya.
Di film Death Note Netflix ini, Nat Wolff berperan sebagai
Light Turner. Dia anak seorang polisi yang seringkali bertengkar dengan ayahnya
perihal nilai di sekolah. Sampai suatu hari dia mendapatkan Death Note saat di
sekolah dan langsung bertemu Ryuk. Bila di film aslinya Light mencoba menulis
nama orang di Death Note atas inisiatif dirinya sendiri, maka di film ini Light
justru diminta oleh Ryuk untuk membunuh nama kawan sekolahnya yang berandalan
di Death Note.
Perbedaan lainnya terletak pada tokoh Mia. Mia di film ini
adalah pacar Light yang juga berada satu sekolah dengan Light. Berbeda dengan
tokoh Misa Amane yang sejatinya merupakan salah satu artis terkenal di kota
mereka. Beberapa adegan percintaan muncul di antara keduanya. Bahkan mereka
berdua adalah pengguna aktif Death Note, yang mana Light menulis nama-nama
penjahat di Death Note bersama dengan kekasihnya, Mia. Dan Mia adalah tokoh
yang nantinya akan mencurangi Light untuk memiliki Death Note seorang diri.
Dan yang paling membedakan film Netflix ini dengan film
aslinya adalah sosok detektif L. L di film ini diperankan oleh Keith Stanfield yang
ditampilkan sebagai detektif tempramen dan sedikit gegabah, sangat berbeda
dengan penggambaran sosok L asli yang selalu santai dan datar. Kostum ikonik
yang digunakan oleh L di film ini pun bewarna hitam, bukan putih yang sudah
menjadi warna identik untuk penggambaran sosok L.
Penggambran buku Death Note di film ini pun berbeda dengan
aslinya. Di film ini Death Note ditampilkan sebagai buku lusuh yang tua dengan
berlembar-lembar peraturan yang bentuk tulisannya pun sangat berbeda dari
tulisan Ryuk di Death Note asli. Ada beberapa peraturan yang dibuat berbeda
dari Death Note sebelumnya, yaitu peraturan tentang “Apabila sebuah nama sudah
terlanjur ditulisakan di Death Note, dan penulisnya ingin membatalkan untuk
membunuh nama itu. Maka dia memiliki hanya satu kali kesempatan untuk
menggagalkan terbunuhnya korban yang namanya ditulis di Death Note itu dengan
cara membakar lembarannya.” Peraturan itulah yang akan menjadi kunci utama
dalam konflik di film ini.
Well, secara
keseluruhan film Death Note Netflix ini sangat jauh berbeda dengan anime,
manga, film maupun drama Death Note sebelumnya. Beberapa orang menyampaikan
kritik kepada film ini perihal cara menulis naskah yang dinilai terlalu jauh
melampaui alur aslinya. Bagi kalian yang mungkin agak terganggu dengan adaptasi
yang melenceng jauh semacam film Death Note yang disutradarai oleh Adam Wingard
ini, lebih baik jangan ditonton. Karena filmnya sedikit mengecewakan.
Alasan lain kenapa aku nggak begitu nyaranin kalian untuk
nonton ini (apalagi kalian yang udah cinta mati sama semua serial Death Note)
karena kedua peran tokoh Kira dan L di sini nggak terlalu menonjol. Apalagi
L-nya. Apa yang membuat Death Note menjadi seru adalah ketika kedua tokoh Kira
dan L saling mengadu taktik dan kecerdasan mereka masing-masing. Sedangkan di
film ini nggak ada scene yang
bener-bener menampilkan pertarungan keduanya. Plus, semua argumen dan prediksi dari L untuk mengungkap Light Turner
adalah Kira sama sekali nggak bisa nyangkut di otakku. Alasannya? Karena film
berdurasi 100 menit ini sangat memadatkan alur sehingga beberapa poin penting
saat L menyelediki tentang Kira terasa nggak nyampe ke penonton.
Satu lagi, film ini berating dewasa. Karena beberapa adegan yang
ada di film ini mirip-mirip sama film
Final Destination. Pembunuhan terjadi secara nggak wajar dan nggak masuk akal. Aku sebagai penikmat film thriller
berbau psikopat aja sempat jijik ngelihat pembunuhan di film ini. Bagi
kalian yang nggak kuat lihat adegan begitu, lebih baik jangan nonton daripada
muntah, wkwkwk.
Tapi ada satu nilai plus
kenapa film ini juga perlu ditonton. Film ini punya alur yang sedikit nggak
ketebak, tepatnya waktu ending. Dan
menurutku cuma di sanalah kenapa aku masih bisa rekomendasikan film ini untuk
ditonton kalian, hahaha. Dalam wawancara bersama Heat Vision, sutradara Adam
Wingard mengatakan Netflix akan memproduksi sekuel kedua dari film ini. Intinya, film ini boleh kalian tonton untuk
mengisi waktu senggang kalian, tapi inget beberapa warning yang udah aku review di
atas. Pastikan umurmu lebih 17 tahun ke atas ya untuk bisa nonton film ini.
Scores
of “Death Note Netflix USA” :
Plot
: 6/10
Ending
: 7/10
Cast
: 7/10
Scenes
: 8/10
Overall
: 7.8
0 komentar:
Post a Comment